Mengapa Manusia selalu Mencari Tuhan ? dan Tahapan Pencarian Tuhan


Di zaman mutakhir ini, masih saja ada orang yang mencari Tuhan, meskipun hidup dalam hirupikuk kemajuan teknologi yang super-canggih. Ternyata manusia zaman ini masih membuka ruang hatinya untuk kehadiran Tuhan. Hanya saja paham tentang Tuhan dan cara memahaminya berbeda. Bila di abad silam Tuhan dicari di tempat-tempat sakral (Sinagoga, Gereja, Mesjid dan kuil-kuil), zaman sekarang dimana mencari Tuhan ?. Kalau dahulu mencari Tuhan di tempat tempat tertentu karena memang pemahaman manusia jaman dahulu berbeda tentang Tuhan. Tuhan dianggap seperti manusia atau beranggapan bahwa Tuhan serupa dengan manusia dengan kekuatan supranatural yang lebih dari manusia ? mungkin itu pendapat orang jaman dahulu. Dahulu kapan ya ? he he .. cari sendiri deh ...... Jika melihat dari sudut pandang tersebut maka wajar apa yang dilakukan oleh orang orang tersebut. Tetapi bagi saya itu bukan " Tuhan " karena menurut cara pandang saya Tuhan itu " Maha Segalanya " sehingga otak dan indra manusia tidak dapat meraba Dia. Tuhan " Maha ". tidak hanya sekedar Maha tetapi Maha Segalanya. Baik dalam cara pandang positif manupun cara pandang negatif. Jika melihat dari sudut pandang tersebut memang terlalu luas tetapi bagaimana lagi memang Tuhan itu luas, Tuhan itu dalam, Tuhan itu tinggi, Tuhan itu Maha " Maha Segalanya ". Ada tetapi tidak ada, tidak ada tetapi ada. Itu rahasia Tuhan dan sepenuhnya adalah wewenang Tuhan.

Kembali pada topik, mengapa manusia selalu mencari Tuhan dan berapa persen manusia yang mencari Tuhan ? itu yang harus terjawab. Akhir-akhir ini, kita melihat sebuah tendensi zaman untuk kembali menghidupkan agama yang sempat terpuruk pada abad modern (17-19), zaman kejayaan sains. Di berbagai belahan dunia semakin marak aktivitas-aktivitas religius. Begitu banyak dana dan waktu dihabiskan untuk aktivitas-aktivitas keagamaan. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa masih banyak orang mencari Tuhan?

Hal yang paling fenomenal di dunia sains saat ini adalah munculnya berbagai penelitian tentang masalah spiritual. Misalnya buku “Kecerdasan Spiritual” Karangan Danah Zohar dan Ian Marshall. Dalam penelitian ini, mereka melihat bahwa sejak zaman purbakala, di setiap kebudayaan, selalu ada tendensi untuk ingin berkomunikasi langsung dengan Tuhan atau dewa. Pola budaya seperti ini terjadi hampir di seluruh dunia hingga saat ini. Pada awal tahun 1990-an Michael Persinger, neurolog-psikolog asal Kanada, mengalami kehadiran Tuhan untuk pertama kalinya.

Dr. Persinger menghubungkan kepalanya dengan stimulator magnet “transendental”, suatu piranti yang mengeluarkan medan magnetik yang kuat dan berubah-ubah dengan cepat di area kecil jaringan otak. Jika piranti ini digunakan untuk merangsang berbagai area di korteks motorik otak, otot-otot tertentu akan berkedut atau anggota badan akan bergerak sendiri. Jika arena korteks visual dirangsang, orang buta sejak lahirpun dapat “melihat”. Dalam percobaan Dr. Persinger ini, piranti itu dirancang untuk merangsang jaringan lobus temporal, bagian otak yang berada tepat di bawah pelipis. Dan dia melihat “Tuhan.” ( apa benar itu Tuhan dan perlu analisa lebih dalam lagi ) Penelitian Dr. Persinger ini menemukan bahwa ada satu jaringan dalam otak manusia jika diransang akan menghasilkan pengalaman akan Tuhan. Lobus Temporal ini yang ada dalam otak manusia selalu berkaitan dengan pengalaman religius atau spiritual. Maka bagian lobus temporal ini disebut sebagai “Titik Tuhan” (God Spot) atau “Modul Tuhan” (God Module). God Spot inilah yang selalu merindukan Tuhan, dan merindukan dunia yang penuh makna dan kepenuhan spiritual. Kiranya di sanalah ada arti dan makna hidup yang sesungguhnya. Dan makna hidup itu hanya dapat ditemukan dalam kesatuan dengan yang ilahi.

Kalau menurut Dr. Persinger tersebut berdasarkan hasil penelitian dia bahwa kerinduan akan Tuhan ternyata memang ada pada organ manusia itu sendiri. Terlepas dari benar atau tidak hasil penelitian tersebut karena baik disadari atau tidak , diakui atau tidak hakekat Tuhan tetaplah misteri. Tidak usah membahas masalah keberadaan Tuhan yang begitu abstraks, manusia saja belum sepenuhnya memahami tentang tubuh - jiwa - dan roh yang ada pada diri manusia. Manusia hidup kalau boleh jujur tidak menyadari dimana keberadaan roh nya sendiri padahal manusia itu hidup. Tidak usah jauh jauh mengenal roh manusia, manusia tidak dapat memerintahkan detak jantungnya untuk berhenti berdetak. Banyak orang yang sering bermimpi atau mengalami peristiwa supranatural " melihat jasad nya sendiri "tetapi apa benar demikian ? itu juga masih merupakan pergumulan. Karena tiap tiap kasus memiliki ciri tersendiri yang berbeda satu dengan lainnya.

Dalam pemahaman St. Agustinus, hubungan badan-jiwa adalah sebuah misteri besar yang tak dapat dipahami, “Hubungan jiwa dan badan itu begitu mengherankan, sehingga manusia tidak dapat memahaminya. Padahal ia sendiri terdiri atas hubungan tersebut”. Misteri hubungan jiwa-badan ini membuat manusia mencari apa yang menyebabkan itu terjadi. Manusia mengalami keterbatasan dalam memaknai dan memahami siapa dirinya yang sejati. Dalam refleksi ini, Agustinus menekankan bahwa jiwa yang berakal budi yang menyadari eksistensinya dalam kesatuan dengan badan adalah suatu substansi rohani atau spiritual. Meskipun hubungan badan-jiwa tak terpahami, namun tak bisa juga ditolak keterhubungan dan kesatuan keduanya. Kesatuan badan-jiwa menjadi sebuah substansi yang menggerakkan manusia untuk mencari kepenuhan dalam Allah. Sangat tepat bila dalam kesadaran ini Agustinus berkata: “Hati kami diciptakan bagiMu ya Allah, dan tidak akan damai sampai beristirahat padaMu” Ungkapan ini melukiskan kerinduan yang tak terbendung dalam diri manusia untuk kembali bersatu dengan Allah. Artinya dalam diri manusia yang terdiri badan-jiwa ini, ada suatu kekuatan yang selalu mendorong untuk mencari Tuhan. Dalam konteks ini, Tuhan itu dipahami sebagai sumber makna dan kegelisahan hidup. Dalam Tuhan ada ketentraman dan kepenuhan hidup yang sesungguhnya. Ternyata apa yang dialami di dunia ini, dengan segala kemegahan dan kemewahannya tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia seluruhnya. 

Seperti ada tertulis dalam Ulangan 30:19 " Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu

ayat tersebut mengatakan bahwa supaya manusia hidup maka manusia harus memilih kehidupan. Dan jika setiap orang di tanya maka mereka akan memilih kehidupan yang enak dan penuh dengan hal hal yang sesuai dengan yang mereka inginkan. Itu adalah 99,99 % adalah ego manusia.

Tetapi pilihan kehidupan yang sejati adalah yang seperti apa ? dan benarkah manusia memiliki hak untuk memilih kehidupan ? pertanyaan ini yang selalu menjadi pergumulan saya. Mari kita melihat perjalanan hidup kita masing masing. ( yang jelas setiap orang berbeda satu dengan yang lainnya ). Setiap orang memang memiliki jalan yang berbeda beda dan intinya sebenarnya adalah serupa. Apapun yang telah terjadi dan bagaimanapun juga hingga kita ada dan dalam keadaan kita sekarang itu semua atas kehendak Tuhan. Dan jika kita mengamati jalan kehidupan kita tidak jarang kita di mengarahkan bahwa ternyata Tuhan juga berkarya melalui jalan pilihan hidup yang kita pilih dari awal hingga jadi seperti saat ini. Dan terkadang kita juga heran mengapa kok sampai memilih jalan itu. Tetapi yang jelas apapun pilihan kita ternyata itu adalah yang terbaik untuk kita menurut cara pandang Tuhan. Dan tidak jarang cara pandang Tuhan tidak seiring dengan keinginan dan cita cita kita. Itu adalah sebagian dari fakta bahwa ketika manusia memilih kehidupan ternyata didalamnya juga ada campur tangan Tuhan baik itu disadari atau tidak oleh manusia itu.

Lalu bagimana manusia menemukan Tuhan ? kalau menurut saya ada beberapa tahapan yang standart yaitu :

  1. ada kesadaran ( " Eleng " [ bhs.jawa ] ) 
  2. ada percaya
  3. beriman 
  4. taat


Kalau menurut saya 4 hal tersebut yang memberikan peranan penting bagi seseorang untuk bisa menemukan. Kesadaran itu adalah bukan sadar dari pingsang atau sadar dari perbuatan tercela atau bukan sadar dari dosa tetapi lebih dari itu. Kalau boleh memberikan sedikit gambaran apa yang saya maksud dengan kesadaran ( " eleng " ). Anda hidup ? ya jika hidup seringkali kita tidak menyadari saat saat kita menghirup udara atau melepas udara. Hanya pada saat saat tertentu saja kita menghirup dan melepas udara secara sadar ( sadar kalau sedang menghirup atau melepas udara ). Hal ini menjadi hal yang wajar karena setiap saat kita menghirup dan melepas udara sehingga sudah menjadi kebiasaan hidup sehingga sering kita terlalu disibukkan oleh hal hal duniawi lainnya. Kesadaran semacam itu yang kami maksudkan, ketika manusia mencapai tahap sadar maka seperti uraian kami diatas maka manusia akan disadarkan adanya kekuatan kekuatan yang maha dasyat diluar diri manusia. Seperti karangan dari Danah Zohar dan Ian Marshall " Kecerdasan Spiritual " . Yang merupakan awal pencarian akan Tuhan sebagai pusat kekuatan kekuatan Maha dasyat tersebut. " Eleng" atau sadar ini akan memberikan kekuatan bagi manusia akan pengenalan sang Maha. Mereka yang telah " Eleng " melihat dari sudut pandang yang berbeda dari umum. Ketika orang orang umum melihat satu hal sebagai hal yang biasa dan alami tetapi orang yang " Eleng " melihat hal hal yang luar biasa dibalik hal hal yang biasa atau alami. Sebagai gambaran " Proses Tumbuh sebuah biji menjadi bibit - bibit menjadi pohon kecil - pohon kecil menjadi pohon besar - pohon yang berbuah dan akhirnya pohon itu mati. Bagi orang umum melihatnya sebagai hal yang biasa, tetapi bagi orang yang " Eleng " proses alami itu sebagai sebuah keajaiban yang luar biasa yang tidak mungkin terjadi kalau tidak ada kekuatan yang Maha. 

Tahap selanjutnya biasanya setelah melalui " Eleng " seseorang akan mencari cari kekuatan -kekuatan diluar diri manusia yang Maha tersebut. Di tiap tiap pribadi biasanya proses ini berbeda beda tergantung dari banyak faktor termasuk didalamnya adalah pergumulan pribadi dengan Sang Maha - dan tidak sedikit yang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan ( budaya dan etika ) yang bersangkutan. Proses pencarian hingga penemuan inilah yang unik pada setiap orang. Ketika seseorang menemukan dan merasa dekat dengan Sang Maha maka mulailah timbul rasa percaya. Proses percaya inilah yang dijabarkan sebagai awal pengenalan akan Sang Maha tersebut. Saya adalah orang Kristen tetapi pada penjabaran ini saya tidak serta merta menyebut Sang Maha sebagai Yesus Kristus. Karena saya sadar setiap orang memiliki pergumulannya sendiri sendiri untuk percaya. Tetapi sebagai orang Kristen maka saya sedikit mencuplik dari ayat Alkitab Efesus 2:8 "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah " .

Dari ayat tersebut diatas saya juga meyakini bahwa Percaya dan beriman kepada Tuhan terutama mengaku bahwa Yesus adalah Kristus dan Yesus Kristus adalah Tuhan itu adalah pemberian Tuhan. Dan saya sedikit mencupik ayat Alkitab pada Matius 22:14 " Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." . Bukan seberapa kali anda dipanggil oleh Tuhan karena anda dan saya dipanggil tetapi belum tentu dipilihnya. Untuk itu lebih baik kita menjadi orang orang yang dipilih oleh Tuhan, tidak sekedar dipanggil saja.

Tahap selanjutnya setelah timbul " Eleng " - Percaya maka tahap selanjutnya adalah seseorang mengimani apa yang dia percaya. Mengimani berarti sudah melaksanakan tingkat percaya dalam kehidupan sehari hari. Orang yang percaya belum tentu mengimaninya, tetapi orang yang beriman pasti percaya. Karena orang tidak mungkin melakukan sesuatu yang tidak ia percayai.

Tahap yang juga penting setelah seseorang mengimani apa yang dia percaya adalah mulai taat melaksanakan apa yang menjadi ajaran/ paham dari iman mereka. Taat adalah bukti dari iman, seperti tertulis dalam Roma 6:16 " Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran? "

Mana dari proses tersebut yang paling penting ? jika pertanyaan ini di ajukan maka jawabannya adalah semua tahapan penting hanya saja seorang akan yang lain memiliki prosesnya sendiri sendiri. Terkadang ada beberapa tahap saja sudah cukup bagi seseorang dan proses yang sama tidak berarti apa apa bagi orang lain.

Tetapi sebagai orang yang mengaku bahwa Yesus adalah Kristus hendaknya melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah seperti ada tertulis dalam Kisah Para Rasul 5:29 " Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. " 
Apabila kita sudah bisa melaksanakan firman tersebut diatas maka dijamin kehidupan kita akan lebih cemerlang seperti tertulis dalam Ayub 11:17 " Kehidupanmu akan menjadi lebih cemerlang dari pada siang hari, kegelapan akan menjadi terang seperti pagi hari. "

Demikianlah yang terekam dalam jejak sejarah pergumulan manusia mempersepsikan Tuhannya. Setiap zaman cenderung berubah dan berbeda persepsi. Ketika orang mulai mempersonalisasi kekuatan gaib dan menjadikannya sebagai tuhan-tuhan, mengasosiasikannya dengan angin, matahari, laut, dan binatang, namun memiliki karakteristik manusia. Mereka sebenarnya sedang mengekspresikan rasa kedekatan dengan yang gaib itu dan dengan dunia di sekeliling mereka. 

Hal ini telah menjadi ciri orang Sumeria dari Mesopotamia kuno, di Lembah Tigris-Efrat, yang berada di wilayah pemerintahan Irak kini, sejak 4.000 Sebelum Masehi. Dilanjutkan orang Akkadian Semitik yang menginvasi mereka, hingga 2.000 SM, orang Amorit menaklukkan peradaban Sumeria-Akkadian dan menjadikan Babilonia sebagai ibu kota mereka. 

Tuhan agama pagan sering bersifat teritorial: satu tuhan hanya memiliki yurisdiksi atas suatu kawasan tertentu, dan adalah bijaksana untuk menyembah tuhan-tuhan setempat ketika bepergian ke wilayah lain. Namun, hal itu tidak berlaku bagi tuhan kaum monoteistik sebagaimana yang dibawa Abraham yang bersifat universal.

Babilonia menisbahkan prestasi kebudayaan mereka kepada dewa-dewa yang telah mewahyukan gaya hidup mereka sendiri kepada nenek moyang mitikal masyarakat Babilonia. Babilonia dianggap sebagai gambaran surga, setiap candinya adalah kerajaan langit. Mitos mengekspresikan makna batin peradaban, sebagaimana orang Babilonia melihatnya. 

Sedangkan di zaman modern sekarang ini, para teolog liberal berusaha membuktikan apakah mungkin untuk beriman sekaligus menjadi bagian dari dunia intelektual modern. Ketika merumuskan konsepsi baru tentang tuhan, mereka berpaling ke disiplin ilmu lain; sains, psikologi, sosiologi, dan agama-agama lain. Perbedaan persepsi rupanya bukan hanya terjadi disebabkan perbedaan agama secara formal belaka. Bahkan dalam satu tradisi agama yang sama pun, kerap terjadi perbedaan dalam mempersepsikan tuhan.


Semoga artikel ini bermanfaat
admin



Referensi
http://novelaoli.blogspot.com/2008/12/mengapa-manusia-mencari-tuhan.html
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/76375

Posting Komentar

0 Komentar