SEJARAH GKJW BONDOWOSO

SEJARAH GKJW BONDOWOSO
         Apa yang ada sekarang sesungguhnya tidak akan lepas dari masa lalu. Ada pepatah “ Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai dan belajar dari masa lalu, demikian juga dengan GKJW Jemaat Bondowoso. Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Bondowoso adalah Gereja yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat Madura dan merupakan gereja tertua di wilayah Kabupaten Bondowoso.
         GKJW Jemaat Bondowoso adalah gereja yang tumbuh dan berkembang di lingkungan suku madura, sebelum lahir menjadi Jemaat kumpulan orang-orang percaya di wilayah Bondowoso dan Sumberpakem ( Orang –orang Madura yang percaya) adalah satu wilayah kerja pelayanan Pengkabaran Injil (PI ) oleh perkumpulan pekabaran injil " Java Comite " dengan pendeta utusan/ Zendelingnya pada tahun 1880. Pendeta-pendeta zendeling bergantian bertugas di Bondowoso dan Sumberpakem. Bondowoso adalah lahan Pengkabaran Injil perkotaan karena Bondowoso adalah pusat pemerintahan Hindia Belanda di Karesidenan Besuki sedangkan Sumberpakem adalah disebut lahan Pengkabaran Injil Pedesaan. Jarak Bondowoso dan Sumberpakem hanya + 15 Km; karena jarak yang tidak terlalu jauh itulah Bondowoso dan Sumberpakem dalam satu kegiatan pelayanan pada saat itu, dan sekarang Bondowoso dan Sumberpakem menjadi Jemaat sendiri-sendiri, tetapi tetap dalam satu pelayanan Majelis Daerah Besuki Barat.
Peta Google Maps GKJW Bondowoso - GKJW Sumberpakem

          GKJW jemaat Bondowoso adalah sebuah gereja Kristen terletak di kota Kabupaten Bondowoso, di Jalan Ahmad Yani No. 51/22 Bondowoso, Propinsi Jawa Timur. Secara geografis luas wilayah Bondowoso adalah 1.560,10 km 2 terletak di antara 7o50,50” – 7o56” lintang selatan dan 113o48’27” – 113o48’26” Bujur Timur dan batas wilayahnya adalah:
                      Sebelah Barat : Kabupaten Probolinggo dan Situbondo
                      Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo.
                      Sebelah Timur : Kabupaten Banyuwangi.
                      Sebelah Selatan : Kabupaten Jember.

           Kota Bondowoso berada di ketinggian 253 m dari permukaan laut berada di lereng gunung, dataran paling tinggi terletak pada 475 m dan dataran paling rendah 73 m, keadaan dataran sebesar 44,4%, pegunungan dan perbukitan 30,7 % dan dataran rendah 24,9 %.
           Menilik pada sejarah pembangunan GKJW Jemaat Bondowoso, bahwa telah kita sadari bahwa warga Jemaat Bondowoso adalah tumbuh dan berkembangnya secara historis dari jemaat madura. Waktu itu Java Comite dengan gigih dan tidak kenal menyerah menyampaikan Pengkabaran Injil (PI) kepada masyarakat Madura khususnya di Bondowoso dengan mengutus pendeta utusan.
           Pengkabaran injil di Bondowoso maupun di Sumberpakem terbilang kurang subur / proses tumbuh kembangnya lambat hal ini dikarenakan corak khas budaya suku Madura yang kental dengan adat istiadat ditambah lagi sikap Pemerintah Hindia Belanda yang kurang mendukung, tetapi jika dibandingkan dengan Bondowoso lahan Pengkabaran Injil (PI) di Sumberpakem relatif lebih lancar.

Lahirnya Jemaat Bondowoso pada 16 Agustus 1896

           Pendeta pertama Jemaat Madura adalah Dr. J.P Esser ( tahun 1880 – 1889 ) dan orang Madura pertama yang menerima Baptis Suci adalah Bp. Ebing ( Sadin ) pada tanggal 23 Juli 1882 di Slateng ( kawasan Sumberpakem ) . Tahun 1889 Dr. J.P Esser meninggal dan digantikan oleh Ds. Van Der Spiegel dari tahun 1889 sampai 1919. Dalam perjalanan pelayanannya Ds. Van Der Spiegel membeli tanah dan membangun berbagai bangunan (Pastori, Sekolah dan Balai Pengobatan) serta membangun sebuah Rumah Ibadah (Gereja) di Bondowoso di atas tanah yang dia beli (sekarang menjadi GKJW Jemaat Bondowoso yang berlokasi di Jl. A. Yani 51- Dabasah Bondowoso). di bangun pertama kali pada 30 September 1895 dan selesai dibangun pada tahun tahun yang sama. Gedung Gereja tersebut pada tahun 1970 sampai 1972 direnovasi total. ( bentuk / model bangunan jaman belanda  dan bentuk renovasi gedung gereja bisa dilihat di artikel ini tentang gedung gereja - baca terus sampai ke bawah )

Pada Oktober 2021 team Sejarah GKJW Bondowoso mendapatkan informasi tambahan tentang bagunan gedung Gereja. Informasi kami terima dari akun Facebook atas nama Bpk. Jerobeam Matius  ( link disini ) yang menyampaikan Gambar Gedung Gereja tahun 1902 dan informasi bahwa pada bulan Mei 1895, Pdt. Van der Spiegel membeli tanah dari orang Arab ( yang tidak disebutkan namanya )  yang bagus menurutnya, yang terletak di jalur utama jalan menuju Jember ( yaitu lokasi Gedung Gereja saat ini yaitu Jl. A. Yani 51 Keluarahan Dabasah Kabupaten Bondowoso). Pada 8 Juli 1895 pembangunan Gereja ditanah itu dimulai dengan Penggalian pondasi ukuran 8 X 13 meter. Seluruh bangunannya bertembok batu bata. Berpintu 3, depan, samping kanan dan belakang. Beratap seng dengan menara lonceng diatasnya. 
Didalam Gereja ada 12 bangku panjang kayu jati tua berpoles, 12 kursi dan 1 mimbar. 2 ruang kecil belakang mimbar tersekat dengan kain Damask warna hijau. 

Catatan biaya pembangunan :
- Tanah            f     350
- Kontruksi        f 2.500
- Perabotan        f    400
- bea pencarian dana f    200

( Sumber : Java Comite tahun 1902 & 1909. ) ( Info  dari Bpk. Jerobeam Matius  ( link disini ) )

Setahun kemudian tepatnya pada 16 Agustus 1896 orang suku Madura pertama yang bernama Amin yang berasal dari Desa Cumedak, kecamatan Ambulu – Kabupaten Jember (sekarang) menerima Baptis Suci di Gereja Bondowoso yang dilayani oleh Ds. Van Der Spiegel. Sejak saat itulah (setiap 16 Agustus) dinyatakan sebagai lahirnya Jemaat Bondowoso. 

Info  dari Bpk. Jerobeam Matius  ( link disini ) 

Info  dari Bpk. Jerobeam Matius  ( link disini ) 

Jadi Usia Jemaat GKJW Bondowoso pada tahun 2022 berusia 126 tahun. Usia yang sangat tua bagi sebuah iman dan organisasi gereja, Bagi manusia semakin tua menjadikan semakin lemah tetapi bagi pertumbuhan iman adalah suatu pendewasaan dalam iman. Hal ini mematahkan pendapat yang mengatakan bahwa di GKJW tidak ada Roh Kudusnya; fakta membuktikan selama 126 tahun GKJW tetap bertumbuh dan hidup ditengah-tengah suku madura itu semua berkat kasih dan anugerah Kristus Yesus semata, GKJW Bondowoso bisa ada sampai sekarang (126 tahun) juga berkat adanya karya Roh Kudus di dalamnya.
             Pada tahun 1900 jumlah orang Kristen suku Madura yang dibaptis di Bondowoso mencapai 38 orang / jiwa; di Sumperpakem sendiri sebanyak 43 orang/ jiwa. Tahun 1935 tercatat warga Jemaat Bondowoso sebanyak 52 jiwa. Dan Jumlah warga GKJW Jemaat Bondowoso sampai Januari 2022 berjumlah 434 Jiwa terdiri dari 156 KK. Persebaran warga jemaat terbagi  dalam 5 KRW, 1 Pepanthan ( Pepanthan Besuki ) dan kelompok / warga marenco.

Perkumpulan / persekutuan Pengkabaran Injil di tanah Jawa Timur

Java Comite

         Java Comite muncul berawal dari upaya balas budi (Belanda) kepada orang-orang Jawa, maka pada 19 Oktober 1854 J. Esser mendirikan Java Comite di Amsterdam (Belanda). Java Comite adalah suatu badan usaha yang berperan sebagai pencari dan penyandang dana kepada orang-orang (donatur) Indo-Eropa dalam kegiatan Pengkabaran Injil (PI). 
Dalam pelayanan Java Comite di Jawa, bekerja sama dengan pengaturan badan Zending untuk orang Belanda dan Pribumi (Genootschap Van In En Uitwendige Zending) yang berkedudukan di Batavia (1851). Lembaga Java Comite ini memberikan bantuan Zendeling, atas utusan Gossner, Heldring dan Witteveen. Daerah yang dituju adalah komunitas madura dan sekitarnya; Kepada komunitas madura di Bondowoso dan di Sumberpakem dengan mendirikan sekolah dasar.
Het Java Comite atau Komite Jawa yang membiayai Pengkabaran injil serta berperan mengatur pengiriman pendeta utusan (Zendeling ) ke Indonesia khususnya kepada orang suku Madura di kawasan Jawa Timur bagian Timur yang berkedudukan di Bondowoso. Bondowoso adalah pusat pemerintahan Hindia Belanda di kawasan Karesidenan Besuki.
Java Comite adalah pintu gerbang Pemashuran Injil kepada suku Madura sehingga lahir jemaat -jemaat Madura antara lain Jemaat Sumberpakem (1882); Jemaat Bondowoso (1896). Wilayah pelayanan Java Comite adalah Slateng, Kayu Mas, Bremi, Pulau Kangean (timur Pulau Madura). Program Java Comite adalah melayani orang-orang Belanda yang mulai meninggalkan imannya.

Pelayanan Java Comite adalah " Personal Evangelism " atau " Individual Witness " yaitu dengan melibatkan warga jemaat untuk ikut bersaksi. Pendekatan tersebut diikuti dengan sarana dan prasarana berupa brosur , Pendirian gedung sekolah, pendirian gereja, pendirian balai pengobatan, pastori dll, serta pendekatan spiritual dengan mengadakan ersekutuan doa, ibadah keluarga / perkunjungan. Pola pelayanan Java Comite ini ternyata tidak jauh berbeda dengan Pelayanan yang dilakukan oleh Nederlandsche Zendiling Genootschap (NZG). NZG juga sebuah perkumpulan pengkabaran injil seperti Java Comite yang wilayah kerjanya di Jawa Timur bagian barat yang berkedudukan di Jemaat Mojowarno.
Fakta membuktikan bahwa para pendeta utusan (Zendelingen) dari Java Comite juga menjalin hubungan dengan NZG di Mojowarno. Sebagai saudara seiman antara NZG dan Java Comite ibadarat keluarga dan saudara, saling mengunjungi. Hal inilah sehingga ketika NZG berupaya menggabungkannya dalam satu wadah Majelis Agung tidak ada hambatan.

Pendeta Utusan Java Comite Yang Melayani Bondowoso

I. Pendeta Pertama Jemaat Madura
Pendeta pertama Java Comite di Bondowoso adalah Ds. Dr. J.P Esser ( Putra pdt. J.Esser) yang bertugas pada tahun 1880 s/d 1889. Ds.Dr.J.P Esser setelah menyelesaikan pendidikan Teologi ia melanjutkan study kedokteran di Skotlandia ia menerima permintaan untuk melayani Jawa. 
Pada 3 September 1879 Dr.J.P Esser ditetapkan dalan kedudukan sebagai Zendeling. Setalah tiba di Jawa untuk beberapa waktu ia singgah di Mojowarno dan Swaru (NZG) sebagai langkah persiapan diri sebelum tiba di tengah-tengah komunitas orang madura. Pada bulan September 1880 Dr.J.P Esser tiba di Bondowoso dan memilih tinggal di Sumberpakem. Ia mendirikan sekolah dasar dan merawat orang sakit sebagai media untuk kesaksian. Tetapi sayang orang -orang madura hanya mau menerima pelayanan kesehatan dan pendidikan saja tetapi tidak mau mendengar kesaksian Dr. J.P Esser. Bahkan sekolah dasar mulai ditinggalkan murid-muridnya. 
Pdt. Dr. J.P Esser mempunyai seorang murid yang setia, bernama Sadin, setelah dewasa Sadin lebih popoler dengan sebutan Pak Ebing karena anak pertamanya bernama Ebing. Melalui ketekunannya Pak Ebing ( Sadin ) dipakai Roh Kudus untuk mengenalkan karya Kristus kepada suku Madura.

Mula-mula pak Ebing dibaptis oleh Pdt. Dr. J.P Esser pada 23 Juli 1882 dan menjadi orang Kristen pertama di kawasan itu (pada 23 Juli 1882 sebagai lahirnya jemaat Sumberpakem), dan selanjutnya pada 1884 saudara-saudara Pak Ebing juga menerima Baptis yaitu Pak Sonidin, Pak Kaniso, Mbok Bangsa, Masora dll. Pak Ebing membantu Pdt. Dr. J.P Esser dalam menterjemahkan Alkitab dalam bahasa madura, juga membantu mengabarkan Injil ke daerah-daerah, sehingga pada tahun 1887 sudah ada 14 orang percaya di Sumberpakem. Ketika Pdt. Dr. J.P Esser cuti panjang ke Belanda Pak Ebing dijadikan pemimpin komunitas kristen di Sumberpakem, bahkan Pak Ebing di ijinkan melayani sakramen dan sebagai guru pengganti di sekolahnya. Karena jerih payahnya pada 1900 jumlah orang kristen di Sumberpekem berjumlah 43 orang.

Ketika Pdt. Dr. J.P Esser akan pulang ke Nederland terlebih dahulu ia menabiskan Pak Ebing menjadi pendeta. Jadi Pak Ebing (Sadin) ini adalah pendeta pertama bumi putra yang ditabiskan secara resmi di Jawa Timur. Tetapi Pak Ebing menggunakan Jabatannya sebagai pendeta jika tidak ada pendeta utusan Java Comite. Pak Ebing melayani Tuhan dengan tulus selama 45 tahun dan meninggal dunia pada tahun 1928. Sedangkan Pdt. Dr. J.P Esser meninggal dunia pada tahun 1889 di Nederland.




Foto Bp. Ebing




II. Ds. Van Der Spiegel ( 1889-1919 )
Selanjutnya Java Comite mengutus Ds. Van Der Spiegel yang berkedudukan di Bondowoso, karena Bondowoso adalah pusat pemerintahan Hindia Belanda dan lahan pengkabaran injil yang lebih luas jangkauannya : Orang Madura- orang Cina- orang Ambon dll yang tinggal di Bondowoso, dalam pelayanannya Van Der Spiegel juga melayani Sumberpakem.
Pada bulan Mei 1895 Van Der Spiegel membeli tanah dan mulai 08 Juli  1895 mulai membagun Gedung  gereja ( dengan ukuran pondasi 8 x 13 meter )  seluruh bangunannya bertembok batu bata  dengan 3 pintu ( depan, samping kanan dan belakang ) dengan atap seng (sekarang menjadi GKJW Jemaat Bondowoso yang berlokasi di Jl. A. Yani 51- Dabasah Bondowoso).  Kemudian membangun  berbagai bangunan (Pastori, Sekolah dan Balai Pengobatan)   

Foto Pdt/ Ds Van der Spiegel, 1911
Sumber : Digibron.nl

Gedung Gereja tersebut selesai dibangun pada tahun 1895 (kemudian pada tahun 1970 sampai 1972 Gedung gereja peninggalan Belanda tersebut direnovasi total. Bentuk gereja peninggalan belanda dan hasil renovasi ... silahkan baca terus artikel ini). Setahun kemudian tepatnya pada 16 Agustus 1896 orang suku Madura pertama yang bernama Amin yang berasal dari Desa Cumedak, kecamatan Ambulu – Kabupaten Jember (sekarang) menerima Baptis Suci di Gereja Bondowoso yang dilayani oleh Ds. Van Der Spiegel. 

Sejak saat itulah (setiap 16 Agustus) dinyatakan sebagai lahirnya Jemaat Bondowoso.Pada tahun 1900 jumlah warga madura di Bondowoso yang menjadi percaya sebanyak 38 orang. Van Der Spiegel mengangkat Bp. Paulana (Indo- Jerman) menjadi Guru Injil dan sebagai guru sekolah. 

Foto Bp. Paulana.





Kemudian Bp. Amin (suku Madura) diangkat menjadi Guru Injil menggantikan Bp. Paulana, kemudian Mudiman (Cina), Sanidin, Painten; mereka diberi pekerjaan di balai pengobatan dan membantu Pengkabaran Injil di Kayu Mas. Pada 22 Agustus 1918 Yosafat Paulana (Putra Paulana) diangkat menjadi Kepala Sekolah di Bondowoso dan diangkat menjadi Guru Injil dan menolong orang sakit. Sedangkan yang membantu bagian Komportir adalah Bp. Markus Simon, Bp. Yosian Pradoto, Bp. Pilipus Kaeden , Bp. Sastro dan Bp. Djajimah.

Pada tahun 2020 Panitia mendapat dokumen berupa Foto dari Bp. Amin. Dokumen foto tersebut diperoleh dari keturunan Bp. Amin ( Klrg Ibu Bertha Christian ) yang sampai tulisan ini kami tulis masih berada di GKJW Jemaat Bondowoso. Menurut penuturan dari keturunan Bp. Amin; Bp. Amin mempunyai istri yang bernama Sinta. Dari perkawinan tersebut mereka dikaruniai 5 orang anak  ( 3 Laki- laki dan 2 orang wanita ) yang masing- masing bernama :
1. Ayub  ( Lk )
2. Samuel  ( Lk )
3. Imanuel  ( Lk )
4. Rahayu  ( Wanita )
5. Rahel  ( Wanita )

Putra ke 1 Bp Amin bernama  Bp. Ayub punya anak bernama Bp. Wiyoto; Bp. Wiyoto mempunyai istri yang bernama Ibu Sri Panglipur. Dari perkawinan tersebut dikarunia putra dan putri yang bernama: 
a. Bp. Agus Darmawan 
b. Ibu Bertha Christian. Ibu Bertha Christian berumah tangga dengan Bp. Sutartyomo Wiyoto, dari perkawinan mereka dikaruniani putra dan putri yaitu Bp. Artiantyo Wirjo Utomo,  Ibu Retno Widianingtyas
c. Bp. Chrisman Andreas
d. Bp. Daniel Agus Darmawan
e. Ibu Elisabet Andrianingtyas

Putra ke 2 Bp. Amin bernama Bp. Samuel yang tinggal  Jl. Dr. Cipto Mangun Kusumo ( Jl Mawar ) di Badean. Bp. Samuel mempunyai 2 orang putri yang bernama Ibu Sumini dan Ibu Suhartini.

Putra ke 3 Bp. Amin bernama Bp. Imanuel. Bp. Imanuel memiliki anak bernama : 
a. Ibu Soetrisning Imanuel. Ibu Soetrisning Imanuel berumahtangga dengan Bp. Soegito dari perkawinan mereka dikaruniani putra dan putri diantaranya adalah Ibu Sri Lestari, Bp. Wahyu Purnomo,  Bp. Agus Purwanto, Ibu Wiwik Kanti Wilujeng, Ibu Ida Ririn Hariyati, Bp. Budi Harianto, Ibu Anik Prihatin, Ibu Windu Kristiningsih.
b. Bp. Soetrisno
c. Ibu Soeparti
d. Ibu Soekarni

Putri ke-4 Bp. Amin bernama Bu Rahayu yang memiliki anak bernama : 
a. Ibu Sulistyaningsih
b. Bp. Budi Handoko
c. Ibu Tri
 dan cucu diantaranya Bu Ipung. 

Putri ke 5 Bp. Amin bernama Bu Rahel memiliki anak diantaranya Ibu Sri Muljaningsih Supardi, Bp. Sus, Bp. Supriyadi /Bp. Rukun, Ibu Yayuk, Ibu Sestu dan Ibu Endang.



( Foto adalah arsip keluarga Ibu Bertha Christian )
Bp. Amin ( baju hitam / duduk) - Bp. Samuel ( Baju Putih / berdiri )

Pada tahun 1905 terjadi perjumpaan antara Van Der Spiegel dengan orang-orang kristen jawa yang membuka lahan hutan di daerah Lumajang, ternyata orang-orang tersebut berasal dari Kertorejo dan parerejo (naungan NZG) yang berpindah ke Timur dan Selatan untuk membuka hutan , dari sini lahirlah jemaat jemaat :
Jemaat Tunjungrejo (1897); Jemaat Rejoagung (1907); Jemaat Sidoreno (1905), Jemaat Sidorejo (1905); Jemaat Sidomulyo (1936); Jemaat Tulungrejo (1913); Jemaat Purwodadi (1915); Jemaat Pesanggaran (1943 ); Jemaat Wonorejo (1929); Jemaat Ranurejo (1923).

Dari Perjumpaan dengan orang-orang kristen tersebut (naungan NZG), terjalan kembali hubungan antara Java Comite dengan NZG (A. Kruyt dari Mojowarno), dikarenakan jarak pelayanan yang jauh dari Majowarno akhirnya NZG menyerahkan pelayanan jemaat-jemaat baru tersebut kepada Java Comite (Van Der Spiegel) yang lebih dekat jaraknya daripada Mojowarno. Dari Sini Program Pengkabaran Injil Java Comite yang semula untuk suku Madura bergeser ke orang-orang jawa.Pada tahun 1919 Van Der Spieagel jatuh sakit dan meninggal dunia kemudian di makamkan di Bondowoso. 
Seiring dengan pembangunan Kantor Pemda Bondowoso dengan memindahkan makam Belanda; atas usul Jemaat Bondowoso maka Kerangka Alm Van Der Spiegel dipindahkan dari Makam Belanda ke Makam GKJW Bondowoso (Jl. Jambu) pada tahun 1975 dengan upacara khusus.

III. Ds. O. De Dekker ( 1891 )
Selanjutnya Java Comite mengutus Ds. O. De Dekker sebagai pendeta Zendeling di Bondowoso, juga melayani di Sumberpakem. Beliau tidak lama di Bondowoso karena istrinya sering sakit-sakitan sehingga harus kembali ke Nederland.

IV. Ds. H. Hendriks ( 1897 - 1908 )
Ds. H. Hendriks berkedudukan di Sumberpakem dan Slateng. Tidak banyak data tentang Ds. H. Hendriks.

V. Ds. F. Schelfhost ( 1905-1932 )
Ds.F. Schelfhorst menggantikan Ds. H. Hendriks, pada tahun 1912-1931 melayani di Pulau Kangean ( Utara pulau Madura ) namun hasil Pengkabaran Injil di sana nihil (tidak berhasil), kemudian pada tahun 1932 ditugaskan kembali ke Bondowoso. Ds.F. Schelfhorst tinggal di Bremi - Kraksaan- Probolinggo setelah memasuki masa pensiun (1935) Wilayah pelayanannya dalah Bremi, Kayu Mas, Klampokan.

VI. Ds. H.W.Van Den Berg ( 1924-1942 )
Ds. H. W. Van Den Berg ditawan oleh Jepang sampai beliau meninggal pada 1942. Pada Masa hidupnya beliau tinggal di Jember. 
Pada masa penjajahan Jepang Gedung Gereja hampir dijadikan tempat penyimpanan garam, tetapi diselamatkan oleh Pdt. Suitela.


MASA PENJAJAHAN JEPANG 
Pada tahun 1942 atau zaman Jepang, kegiatan Zending terpaksa berakhir. Dalam Konferensi NZG dan Java Comite memutuskan menunjuk Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) sebagai satu-satunya ahli waris dari pekerjaan Zending (16 Mei 1942) .
Bukti bahwa GKJW sebagai ahli waris (Bondowoso) tertuang dalam Nota Rieel-Akte Pemindahan dan Penyerahan Hak Milik, yang menyatakan bahwa Badan Hukum " Het Java Comite " memberikan hak milik khusus Bondowoso berupa :
      1. Eigendom, perpondeng no 7 dan 1260 terletak di Bondowoso , Kampung Dabasah.
      2. Eigendom, perpondeng no 637 , terletak di Bondwoso - Kampung Dabasah
      3. Eigendom, perpondeng no 1663 dan 711 terletak di Kampung Dabasah
    4. Eigendom, perpondeng no 747 terletak di Bondowoso- Padukuhan Pakuwesi - Desa           Tjoerahdamie.


GEDUNG GEREJA
Gedung Gereja saat ini dibangun diatas tanah yang dibeli oleh  Ds. Van Der Spiegel tahun 1895 dan setahun kemudian dibangun Pastori - Gedung Gereja - Balai Pengobatan - Sekolah dan rumah di Jalan Bungur Bondowoso seperti yang dijelaskan diatas ( Ds. Van Der Spiegel ( 1889-1919 ).


Gedung Gereja GKJW Bondowoso dahulu disebut Gereja Madura ( fakta ini terbukti pada rekening listrik sampai hari ini masih tertulis Gereja Madura. Menurut Buku Seraut Wajah GKJW yang ditulis oleh Ibu Dra. Sad Joedanti menyebutkan bahwa bangunan / gedung gereja direnovasi pada tahun 1970 - 1972. Gedung Gereja yang telah berusia sekitar 110 (Seratus sepuluh tahun) itu terbilang bangunan yang sudah tua dan menyimpan banyak peristiwa penting sebagai saksi sejarah. Pada masa penjajahan Jepang Gedung Gereja GKJW Bondowoso kala itu hapir dijadikan gudang garam, tetapi diselamatkan oleh Pdt. Suitela dari GPIB.

Sebelum mengalami renovasi  Gedung Gereja Bondowoso beratapkan Seng tanpa Konsistori, hanya ada 1 jendela pada setiap sisinya ( mirip Gudang Besar ). 

Penampakan Gedung Gereja sekitar tahun 1902 ( data dari Bpk. Jerobeam Matius  ( link disini ) 

Penampakan Gedung Gereja sekitar tahun 1902 ( data dari Bpk. Jerobeam Matius  ( link disini ) 




Penampakan bagian Depan Gedung Gereja sebelum di Renovasi ( Sebelum tahun 1970 )
( Foto dari Jemaat GKJW Bondowoso masa Ds. F. Schelfhost ( 1905-1932 ) )


Foto : Setelah Kebaktian Minggu Pasamuan ( GKJW Bondowoso saat ini )
           Bondowoso, 23 Juni 1935.



Foto GKJW Jemaat Bondowoso ( thn ..... ) di duga berfoto di depan Pastori sekarang jadi  Gedung Pertemuan ( Tim masih mencari Informasi yang lebih jelas ) 

Renovasi Gedung Gereja diawali dengan pembangunan ruang konsisturi yang menempel pada Gedung Gereja utama di sisi sebelah timur diawali tahun 1970; dan juga pembangunan gudang ( tempat peti mati dll ) di selatan Gedung Gereja yang saat ini dijadikan rumah dinas Koster dan ruang urinior ( kamar kecil ) di belakang gudang. Menurut buku Seraut Wajah GKJW Bondowoso pendanaan renovasi dari Swakelola warga GKJW Bondowoso, dari para donatur, dari keluarga besar Schelfhorst  ( keturunan ), dari para Dermawan , warga Prajekan dll. Kegiatan renovasi gedung gereja selesai tahun 1972.
Sekitar tahun 1972 ( bersamaan dengan kegiatan Renovasi  sedang berlangsung ) para putra dan putri dari Keluarga Schelfhorst  (lansia) dari Negeri Belanda berkunjung ke Bondowoso selama 10 hari. Mereka mengingap di Pastori { Kapanditan}. Menurut catatan Buku Seraut Wajah GKJW Bondowoso keluarga Schelfhorst yang berkunjung ke Bondowoso adalah : Mevr. Pauline Schelfhorst  beserta suami; Majufr Agnes Schelfhorst ; Majufr Tilly Schelfhorst .

Pada tahun 2020 Bp. Tjahjo Adisetyawan menemukan album foto tua Renovasi Gedung Gereja seperti gambar dibawah ini :
Foto pembangunan konsistori yang menempel pada Gedung Gereja Utama ( Foto diambil dari sisi utara gedung gereja ). Jika mengamati Foto tersebut tampak Gedung Gereja seperti Gudang yang beratap Seng.

Foto Pembangunan konsistori ( foto diambil dari sisi timur Gedung Gereja )

Foto Renovasi Gedung Gereja

Menurut Informasi dari Bp. Sapto W. Baskoro tahun 1998 Konsistori di renovasi kembali dengan penambahan sisi kiri dan sisi kanan dengan memindah pintu dari arah utara ke arah Timur  seperti saat ini.

Foto : Konsistori hasil Renovasi tahun 1972


Penampakan Gedung Gereja sekitar tahun 1902 ( data dari Bpk. Jerobeam Matius  ( link disini )  dan lingkungan sekitarnya dari Bpk. Jerobeam Matius tampak seperti di bawah ini :


Gedung Gereja tampak dari depan ( tahun 1902 )

Gedung Gereja tampak dari  Jl. Ayani saat ini ( tahun 1902 )





Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bpk. Jerobeam Matius  ( link disini ) yang telah memberikan informasi tentang Gedung Gereja. Sekiranya Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberkati bapak beserta keluarga.

Sekolah - Selatan Gedung Gereja sebelum di Renovasi

Kapanditan GKJW Jemaat Bondowoso
Sumber : Digibron

𝑩𝒂𝒓𝒊𝒔 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒊𝒓𝒊 𝒌𝒆 𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏; 
1.Kasmitro, 2. Lestari, 3. Semangoen, 4. Sriadi, 5. Soepoetro, 6. Woesijo, 7. Abijo, 8. Gariman, guru. 9. Moediman, Rumah Sakit Mandor. 
𝑩𝒂𝒓𝒊𝒔 𝒃𝒂𝒘𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒊𝒓𝒊 𝒌𝒆 𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏: 
1. Darmo Soerjo, 2. Marwi, 3. Siroen, penyanyi, 4. Paulana, pendeta-guru, 5 . V. Der Spiegel, Pandita, 6. Poerdjo, pendeta-guru, 7. P. Lipoer, pendeta, 8. Prawito, putra Iprajim, penguasa /kepala desa Toendjoengredjo, 9. Amin, pendeta-guru.


Sumber : Digibron
atau  Cari di Google dengan keyword : kitlv.Leiden


Pada tahun 2022 Gedung Gereja GKJW Bondowoso sedang dalam proses renovasi yang ketiga. Dimulai tahun 2020 - Peletakan batu pertama pada 16 Januari 2021  ( video peletakan batu pertama ) dan diharapkan bisa selesai tahun 2023. Sampai pada bulan Maret 2022 pelaksanaan renovasi gereja sampai pada pembuatan pondasi, pembuatan talut ditepi sungai, baseman dan struktur besi serta beton. Dan masih diperlukan upaya untuk menghimpun dukungan dalam menyelesaikan renovasi ini.

Kondisi Renovasi Gedung Gereja pada Akhir April 2022

Rencana Gereja yang akan dibangun ( tampak dari Depan )







FOTO GEDUNG GEREJA RENOVASI TAHUN 1972

Tampak Depan
Tampak Depan
Tampak Depan
Tampak Sisi Utara depan
Tampak Depan
Tampak Sisi Selatan
Bagian depan dilihat dari sisi selatan
Tampak dari sisi Utara.


PENDEWASAAN JEMAAT, LAHIRNYA KLASIS ( MAJELIS DAERAH )
Masih menurut buku Seraut Wajah GKJW Bondowoso disebutkan bahwa promotir / perencana " GKJW adalah Dr. H. Kraemer Cs tahun 1930 dengan menyusun konsep rancangan Tata Gereja.
Dalam keputusan persidangan gerejawi tanggal 11 Desember 1931 di Mojowarno, berdirilah : Majelis Agung ( Sinode ) Greja Kristen Jawi Wetan dengan badan hukum : SK Gubenur Jenderal No .53 Staatsblad No . 372 tanggal 27 Juni 1932. Ada 45 Jemaat yang telah bergabung saat itu. Dari 45 Jemaat dibagi dalam 8 Ressort ( Klasis / Majelis Daerah ) yaitu : Bondowoso, Surabaya, Suwaru, Malang, Parerejo, Mojowarno, Madiun dan Kediri sebagai Raad Ageng atau Grote Kerkraad ( Klasis) dan Majelis Jemaat ( Raad Alit / Raad Pasamuwan tingkat daerah / jemaat).
Status badan hukum ( SK tersebut diatas ) dalam point b menyebutkan :
" Semua jemaat yang sudah mempunyai Majelis Jemaat diakui oleh GKJW dengan SK Gubenur Jendral No.16 ( Staatsblad No. 336) tanggal 14 Agustus 1933 "

Kalimat tersebut diatas bisa diartikan, jemaat jemaat GKJW yang memiliki Majelis Jemaat diakui oleh MA GKJW sebagai sebuah jemaat termasuk jemaat Bondowoso yang mulai berdikari (Mandiri).

GKJW JEMAAT BONDOWOSO MENGGABUNGKAN DIRI DALAM LEMBAGA MAJELIS AGUNG GKJW ( MA GKJW ) pada tahun 1940.

PENDETA - PENDETA YANG MELAYANI DI GKJW JEMAAT BONDOWOSO :
      1.   Pdt. R. Nugroho S  ..................................    ( 1936 - 1940 )
      2.   Pdt. R. Suatmadi   ...................................    ( 1940 )
      3.   Pdt. Darmo Warsito .................................    ( 1940 - 1942 )
      4.   Pdt. Alpeus Kaeden ................................     ( 1942 - 1946 )
      5.   Guru Injil Suitella (GPIB ) ........................     ( 1942 - 1946 )
      6.   Pdt. Markus Kaeden ................................     ( 1946 - 1967 )
      7.   Pdt. R. Atmodjo .......................................     ( 1968 - 1975 )
      8.   Pdt. Supandri,STh ...................................     ( 1976 - 1981 )
      9.   Pdt. Kristanto S, STh ...............................     ( 1982 - 1985 )
      10. Pdt. Widayat Misro ............................... ...     ( 1985 - 1992 )
      11. Pdt. Soegiri Sahijoes ................................     ( 1992 - 1996 )
      12. Pdt. Sardji, STh ........................................     ( 1996 - 2002 )
      13. Pdt. Muryo Djajadi ...................................      ( 2002 - 23 Oktober 2011 )

      14 . Pdt. Hutomo Suryo Widodo, S.Th ...........     ( 23 Oktober 2011 - 02 September 2012 )
      15. Pdt. Hari Sabda Winedar, S.Th ................     (  02 September 2012 - 10 Februari 2019)
      16. Pdt. Kristyanti Retno Wahyuni,S.Si, M.A ..    (  03 Maret 2019 - Sekarang ) 







.......
........


Sumber Sejarah  :  Buku Seraut Wajah Jemaat GKJW Bondowoso oleh Dra Sad Joedanti


SEJARAH GKJW BONDOWOSO VERSI VIDEO :


Penutur : Bp. Pnt. Efdy Rismed.




REFLEKSI 125 TAHUN GKJW BONDOWOSO | Tetenger Awal Renovasi Gereja Tahun 2020



 
  Video mengenang Gereja hasil Renovasi tahun 1972 dan Eks Sekolah jaman belanda - Video dibuat pada November 2020


Posting Komentar

2 Komentar

  1. Memahami perjalanan sejarah GKJW, ternyata antara Jawa Timur bagian timur dan barat dilayani oleh badan pekabaran yang berbeda. Namun akhir membaur dan menjadi patunggilan kang nyawiji. Gusti tansah paring berkah.

    BalasHapus
  2. Mathur nuwun Pak Slamet Sulistyobudi sudah bersedia untuk mampir. Gusti Yesus Kristus tansah amberkhahi.

    BalasHapus

Sebuah kehormatan bagi kami jika anda bersedia mengisi form komentar.