Sejarah Undhuh Undhuh di GKJW Mojowarno

SEJARAH UNDHUH UNDHUH
GKJW JEMAAT MOJOWARNO

Setelah perkunjungan kami ke GKJW Mojowarno pada 15 Mei 2011 dan menyaksikan prosesi Udhuh Undhuh di sana , kami tertarik untuk mengetahui Sejarah Undhuh Undhuh di GKJW Mojowarno. Setelah Browsing di Internet mengenai sejarah Hari Raya Undhuh Undhuh di GKJW Jemaat Mojowarno kami menemukan beritanya. Beritanya ada di bawah ini... silahkan anda baca sendiri karena kalau dibacakan butuh waktu yang lama apalagi kalau diceritakan tidak cukup waktu semalaman itu kata mbah mbah. he... he...

Adapun sejarah Undhuh Undhuh di GKJW Mojowarno sebagai berikut :
Masyarakat Jawa dikenal dengan tradisi agrarisnya yang sudah berabad-abad, kaya dengan tradisi dan adat-istiadat asli yang kemudian dipengaruhi oleh peradaban Hindu dan Islam. Ketika para founding father desa Mojowarno yang adalah penganut agama Kristen sebagai perintis membuka hutan pelopor di Jawa Timur, mereka membuka hutan dan mengelola lahan pertanian, maka mau tidak mau mereka harus menyesuaikan tradisi agraris yang dipengaruhi tradisi Kejawen, dengan agama yang mereka anut.

Foto : Gereja GKJW Mojowarno
Penghormatan Dewi Sri misalnya, harus disesuaikan dengan dogma dan ajaran Kristen. Oleh karena itu, mereka meletakkan dasar-dasar baru dalam tradisi dan adat-istiadat Kristen di Jawa Timur.
Sejak tahun 1923 jemaat GKJW Mojowarno didewasakan di bawah pimpinan pendeta Drio Mestoko.
Jemaat diberi kebebasan untuk mengurusi diri sendiri, diantaranya: usaha untuk mencukupi kebutuhan sendiri, mengatur pelaksanaan perjalanan kehidupan jemaat untuk mencapai perkembangannya. Pada waktu itu para jemaat yang kebanyakan terdiri dari petani dan sebagian kecil menjadi pegawai. Dalam melaksanakan pekerjaan pertanian juga dipengaruhi oleh adat istiadat nenek moyang, meskipun dalam pelaksanaannya diselaraskan dengan iman Kristen. Salah satu tradisi Jawa yang telah diselaraskan dengan kekristenan dan dirayakan setiap tahunnya adalah Hari Raya Undhuh-Undhuh. Tradisi Undhuh-Undhuh pertamakali dimulai di Mojowarno sekitar tahun 1930.
Secara teologis, Hari Raya Undhuh-Undhuh sendiri didasarkan pada ajaran Nabi Musa kepada bangsa Israel pada waktu menuai hasil panennya yang pertama seperti yang tertulis dalam kitab Ulangan 26:1,2. Di mana inti ajarannya adalah ketika bangsa Israel menempati tanah pusaka leluhurnya Abraham, hendaknya mereka memberikan persembahan hasil panen pertamanya yang terbaik. Adapun kata Undhuh-Undhuh diambil dari bahasa Jawa Undhuh yang berarti memetik.
Makna dari Hari Raya Undhuh-Undhuh untuk masyarakat Kristen di Mojowarno adalah, “mempersembahkan sebagian dari hasil kerjanya dengan kerelaan hatinya kepada Tuhan”. Yang mana inti dari perayaan udhuh-undhuh itu sendiri adalah sebagai wujud pernyataan syukur atas kelimpahan berkat yang diterima dari Tuhan, sekaligus untuk lebih meningkatkan pengelolaan tanah sawah dimana kalau masih ada kekurangannya untuk pekerjaan yang akan datang.

Foto : Suasana Undhuh Undhuh tahun 2011
Ada beberapa upacara yang dilaksanakan oleh para petani Kristen di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) di Jombang, Jawa Timur, tepatnya di Mojowarno yang berkaitan erat dengan Hari Raya Undhuh-Undhuh. Adapun upacara itu sebagai berikut: Ketika akan turun mengerjakan sawah, para petani lebih dahulu mengadakan ritual yang disebut Kebet. Kata Kebet berasal dari bahasa Belanda Bidden yang artinya doa.
Untuk memudahkan dalam pelafalan Jawa Gebeden maka disebut Kebetan atau yang disingkat Kebet.
Usai penanaman padi, para petai kemudian melakukan upacara Keleman. Dan pada saat selesai menuai hasil pertanian diadakan upacara syukur yang biasa dienal dengan “Riyaya Undhuh-Undhuh”. Namun sebelum ada tata cara Kebet dan lainnya, ada keterangan yang tercantum dalam buku “Ngulati Toya Wening” bahwa dahulu kala pada jamannya Coenraad Laurens Coolen di Ngoro ada tatacara bagi petani penggarap sawah di Ngoro, di mana mereka tidak diperkenankan turun mengarap sawah sebelum upacara doa dan memuji Tuhan.
Upacara tersebut dimulai oleh tuan CL. Coolen turun ke sawah terlebih dahulu untuk menjalankan bajak sambil memuji Tuhan dan berdoa memohon pertolongan Sang Pencipta dalam mengerjakan sawah sampai selesai. Kemudian setelah Coolen selesai melagukan tembang sambil membajak, barulah para petani oleh turun beramai-ramai mengerjakan sawah mereka secara gotong-royong sambil melagukan tembang seperti yang diajarkan Coolen.
Salah seorang pendiri desa Mojowarno adalah tangan kanan CL. Coolen yang bernama Kyai Ditrotuno, yang setelah dibaptis bernama Kyai Abisai Ditrotuno. Dia dibaptis pertamakali di Mojowarno oleh Pdt. JE. Jellesma bersama 55 orang lainnya,pada 8 Desember 1848 dengan nostmbuk 377.

Informasi mengenai :
1. Upacara Kebetan
2. Upacara Keleman
3. Hari Raya Undhuh-Undhuh
4. Prosesi Perayaan Undhuh-Undhuh 
5. Sejarah GKJW MOJOWARNO 

Untuk Informasi diatas silahkan kunjungi situs kami ( klik disini )

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Bagaimana caranya mengikuti acara unduh-unduh? adakah alamat email atau web site dari pihak Gereja yang dapat dihubungi? Thx.. GB

    BalasHapus
  2. Sherly terima kasih atas tanggapannya.
    Jika saudara ingin mengikuti kegiatan Undhuh Undhuh di GKJW Jemaat Mojowarno, anda bisa menghubungi Panitia disana atau PHMJ GKJW Jemaat Mojowarno.
    Alamat GKJW Mojowarno di : Jl. Pahlawan No 20 Mojowarno - Jombang 61475
    anda juga bisa telp di kantor GKJW Mojowarno di : 0321-495430

    Sekian dulu.
    Tuhan memberkati

    BalasHapus

Sebuah kehormatan bagi kami jika anda bersedia mengisi form komentar.